Selasa, 05 April 2011

"Sejarah Musik Underground"

                     "Sejarah Musik Underground"

 

 


Modern Black Metal bisa dikategorikan sebagai gelombang kedua dari perkembangan musik Black Metal di seluruh penjuru dunia. Kultur dari musik Black Metal ini , semakin menggugah kalangan anak muda untuk tampil dengan cara bermusik yang sederhana ala Black Metal di awal pergerakan dan perkembangannya dengan hanya mengandalkan musik style yang primitive, ortodoks dengan hanya mengandalkan spike , leather dan corpsepaint. Perkembangan musik Black Metal di dunia memiliki kiblat tetap pada Venom dan Bathory, namun seiring dengan perkembangan zaman, yang paling memukau perkembangannya adalah dari ranah Norwegia, seperti yang telah diceritakan dalam chapter sebelumnya. Dalam chapter tersebut diceritakan berbagai macam intrik dan konflik internal antara Euronymous dan Varg, bagaimana sebenarnya Profil Varg dan pandangan dia terhadap kultur Black Metal itu sendiri.Untuk melihat perkembangan dari gelombang kedua musik Black Metal tersebut, ada baiknya kita melihat dariperkembangan musik ini dari tiap negara.

NORWEGIA

Generasi perkembangan musik Black Metal setelah konflik sosial yang menimbulkan cover up dari pergerakan Black Circle yang dikemas dengan musik yang cukup dibenci dengan nama Black Metal dan menjadi bahan publisitas dari media massa di tahun 1993 dan 1994 di negara ini akhirnya justru menjadi pemicu lahirnya band band baru yang memiliki kualitas jauh lebih baik dari pendahulunya. Dari golongan ini lahirlah Dimmu Borgir.

Dimmu Borgir berarti Dark Castle dalam bahasa Inggris atau Istana Kegelapan dalam bahasa Indonesia. Shagrath dan Silenoz membentuk band ini dengan kapasitansi mirip seperti Cradle of Filth dengan unsur Symphonic digabung dengan riffing gitar yang melodius sehingga membuat musik Black Metal makin mudah dicerna dan diterima oleh publik. Dimmu Borgir mengalami proses bermusik dari mulai primitive Black Metal di album "For All Tid" sampai mengalami titik puncak ketika dirilis oleh Nuclear Blast sebagai ‘lawan yang sepadan’ bagi Cradle Of Filth, dimana di tahun 1997 – 1998 , massa Metal memandang Cradle Of Filth sebagai band yang nomor satu, baik dari sisi penjualan album atau dari fanbased. Pentasbihan Dimmu Borgir sebagai lawan yang sepadan bagi COF ini dibuktikan lewat Gods Of Darkness tour di tahun 1997, yang berupa tour bersama COF ini di beberapa kota dan didukung oleh band lain di antaranya Dissection, Emperor dan Bal Sagoth.

Read More...

Oleh AJIKINSIDE™ di 15:38 Link ke posting ini  
Label: Black Metal, Sejarah Musik Underground

Oct
10
2009



SEKILAS TENTANG BLACK METAL

"BLACK METAL"


Black metal adalah sebuah terms dari aliran ekstrim metal yang dipelopori oleh band NWOBHM ( New wave of british heavy metal) ,bernama VENOM. Venom memberikan torehan sejarah dengan memberikan konsep awal dari musik Black Metal ini , dengan karakteristik sound yang kasar, vokal yang shrieking dan tema lagu lagu dengan suasana mistis , paganis dan horror . Gelombang pertama dari musik Black metal selain Venom, kita mengenal ada Bathory dari Swedia , King Diamond / Mercyful Fate dari Denmark juga Celtic Frost / Hellhammer dari Swiss dan Death SS dari Italia . Jerman juga mencatat band seperti Sodom, Destruction dan Necronomicon , namun kurang diperhitungkan sebagai pelopor dari Black Metal karena liriknya kebanyakan mengemukakan tentang peperangan, walaupun dari atribut yang digunakan dan konsep musiknya sama seperti pelopor Black Metal lainnya, kecuali untuk Sodom di dalam album In the sign of evil dan Necronomicon di album pertamanya yang dapat dikategorikan sebagai album referensi sebagai awal perkembangan aliran black metal ini.

Band gelombang pertama ini lah yang merasuki dan menjiwai anak anak muda di Skandinavia sana untuk memulai sesuatu yang lebih ekstrim dengan penjiwaan paganis sesuai dengan kebudayaan nenek moyang mereka sebagai bangsa Viking. Gelombang kedua dari musik Black Metal ini dipelopori oleh Mayhem dari Norwegia .Quorthon Mark the Black Sign ..!


Bathory dibentuk di Stockholm Swedia pada tahun 1983 oleh Thomas Forsberg yang kemudian menggunakan alias Quorthon. saat masih berumur 18 tahun. Bathory tidak pernah merilis sebuah split demo dengan Hellhammer/ Celtic Frost seperti yang dipercaya oleh masyarakat metal selama ini, tapi sebenarnya album pertama bathory dirilis oleh label Tyfon Grammofon yang merilis 2 lagu mereka pada album kompilasi Scandinavian Metal Attack, dimana didalamnya terdapat lagu dari Hellhammer. Kemudian tidak lama setelah dirilis album kompilasi tersebut, baru-lah album pertama Bathory dirilis

Walaupun album Venom Black Metal yang dirilis tahun 1982 adalah album pertama yang memuat Terms Black Metal, sebenarnya menurut pengamatan jurnalis , album Bathory – Bathory ini lah yang menegaskan aliran Black Metal ini, dengan lagu lagu seperti In Conspiracy with Satan, Armageddon yang kental nuansa Satanis, produksi dan komposisi lagu yang sangat sederhana juga dibarengi dengan vocal shrieking low pitch yang menjadi trade mark dari band band Black Metal di kemudian hari. Walaupun ada juga yang menyatakan bahwa album Bathory – Bathory ini terinfluence oleh Venom – Black Metal, pendapat ini dipatahkan oleh salah satu wawancara dengan Thomas Forsberg di majalah Metal Hammer yang menyatakan bahwa pada saat itu dia belum memiliki album Black Metal milik Venom , malah beliau banyak terinfluence oleh Motorhead, Black Sabbath dan GBH.

Album album berikutnya, seperti The Return dan Under the Sign of the Black Mark adalah album yang dapat dikatakan sebagai album yang mempengaruhi perkembangan karakter musik dari band band black metal di gelombang kedua, terutama band yang berasal dari Norwegia , sebut saja Dimmu Borgir.Mayhem sang Pelopor di ranah Norwegia


Mayhem dibentuk pada 1981. Formasi awal mereka terdiri dari gitaris/vokalis Øystein Aarseth(Euronymous), basis Jørn Stubberud (Necrobutcher), dan drummer Kjetil Esten Haraldsson Manheim (Manheim) .. Nama mereka diambil dari lagu "Mayhem With Mercy" oleh Venom. Mayhem adalah band yang sangat kontroversial karena keterlibatan mereka dalam berbagai pembunuhan, bunuh diri, pembakaran gedung gereja, dan tindakan kekerasan lainnya. Euronymous kemudian berkonsentrasi pada gitar setelah vokalis Messiah (Eirik Nordheim) bergabung pada 1986, yang kemudian digantikan oleh Maniac (Sven Erik Kristiansen). Setelah dua demo, mereka merekam Deathcrush dengan perusahaan rekaman baru Euronymous, Posercorpse Music.

Pada tahun 1988, Manheim dan Maniac meninggalkan band ini; Manheim karena ingin mencari pekerjaan tetap, Maniac setelah gagal bunuh diri dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Mereka digantikan oleh Dead (Per Yngve Ohlin ) an Hellhammer (Jan Axel Blomberg)


Dead, seperti namanya, memiliki sifat melankolis dan menggemari tema-tema kematian, dan kegelapan. Bahkan menurut rumor yang beredar Euronymous, kurang menyukainya karena memiliki kelainan jiwa . Walaupun demikian Dead memiliki banyak teman dalam dunia black metal, walaupun dianggap sedikit naif. Dead memiliki tingkah laku yang aneh; suatu kali ia mengubur pakaiannya di bawah tanah selama beberapa minggu sehingga ia dapat memakai pakaian tersebut yang sudah membusuk dalam suatu konser. Ia juga pernah memasukkan seekor gagak mati ke dalam kantong plastik untuk "menghirup hawa kematian" sebelum naik panggung. Hal ini makin memperkuat atmosfir musik Mayhem, dan lirik band ini berkembang menjadi satanisme, kegelapan, depresi, dan kejahatan. Dalam banyak pertunjukan mereka, kepala-kepala babi ditancapkan di atas tombak dan Dead melukai dirinya sendiri dengan pisau.

Formasi Dead ,Euronymous,Necrobutcher dan Hellhammer menjadi terkenal. Setelah beberapa pertunjukan di Norwegia dan Jerman (di mana Live in Leipzig direkam), Mayhem mulai merekam album mereka yang pertama, De Mysteriis Dom Sathanas.


Pada 8 April 1991, teman satu bandnya, Øystein 'Euronymous' Aarseth, menemukan Dead mati bunuh diri dengan memotong pergelangan tangannya sendiri dan tembakan di kepala. Catatan yang ditulisnya sebelum meninggal adalah "Excuse all the blood. Cheers." Hellhammer mengatakan bahwa Dead juga minta maaf karena menggunakan senapan di dalam rumah, tapi pisaunya kurang tajam untuk bunuh diri. Euronymous kemudian cepat-cepat membeli kamera daur ulang dan membuat foto dari jenazah Dead, yang kemudian digunakan dalam sampul album bootleg Dawn of the Black Hearts. Aarseth juga konon telah memakan sebagian otak Dead, dan membuat kalung dari serpihan-serpihan tengkoraknya, walaupun Aarseth menyangkal hal yang pertama dalam sebuah wawancara . Kalung ini kemudian dicuri dalam sebuah tur. Ia juga konon mengirimkan beberapa serpihan tengkorak ke band-band yang dianggapnya "layak", misalnya band Swiss Samael dan Morgan S. Håkansson dari Marduk.A Blaze in the Northern Sky

Darkthrone, merupakan band yang dikatakan salah satu pionir dari gelombang musisi Black Metal di tanah Norwegia . Band ini didirikan oleh Fenriz (Gylve Nagell ) pada tahun 1986 yang kemudian dibantu oleh Nocturno Culto ( Ted Skjellum) .Darkthrone pada awalnya merupakan band dengan aliran Death Metal, dengan rilisan pertama yang kental dengan Sunlight sound nya ( ala Edge of Sanity) , berjudul Soulside Journey. Namun dengan A Blaze in the Northern Sky, Darkthrone menancapkan kuku-nya sebagai pionir dari Sound Black Metal ini dengan karakter sound gitar yang sanga raw dan lirik yang sangat paganis. Fenriz dalam sebuah wawancara menyatakan bahwa band ini memiliki cita cita menjadi band yang paling dibenci di seluruh dunia, dengan karakter sound yang amat sangat buruk.

Citra Satanisme dari Darkthrone semakin kuat di album album berikutnya dan terms ini menginspirasikan band lain dari Norwegia yang masuk ke dalam gelombang ketiga, seperti Ulver dan Arcturus.The Wrath of the Emperor

Di masa muda dan awal pergerakan Black Metal, Ihsahn dan Samoth bertemu di sebuah klinik Gitar di Oslo, dan mencoba membuat sebuah band beraliran Death Metal,, mula mula bernama Dark Device, Xerasia, Embryonic dan akhirnya muncullah band yang merupakan embrio dari Emperor, bernama Thou Shalt Suffer. Samoth dan Mortiis membentuk Emperor di awal tahun 1991 dan merilis demo berjudul Wrath of Tyrants. Candlelight Records sebuah subdivisi dari Century Media akhirnya tertarik dengan demo ini dan mengontrak mereka untuk 4 album . Untuk memenuhi kontrak ini, akhirnya direkrutlah Bard ‘Faust’ Eithun sebagai drummer

Pada musim panas 1992, pergerakan black metal inner circle mulai terbentuk, yang diinisiasi oleh Samoth , Ihsahn dan anggota dari Mayhem ( Euronymous dan Dead ). Pada tahun 1993 , mereka mengadakan tour yang bersejarah dan legendaries di kawasan Eropa Barat dan Inggris bersama Cradle of Filth, karena pada tour inilah pemakaian corpsepaint dimulai dan menjadi trademarks tersendiri bagi musisi Black Metal.

Pada tahun 1994, dirilislah album legendaries, In the Nightside Eclipse yang dapat disebut sebagai album yang menginspirasi musik Black metal dan memberikan arahan baru dan konsep dalam bermusik di gelombang kedua ini, dengan struktur lagu lagu memiliki tema paganis, sound gitar yang raw, struktur lagu yang cukup bervariasi dan total shrieking vocal dibantu dengan sound keyboard yang ambient .

Album album berikutnya, sedikit berbeda dengan cara pandang Fenriz dan Nocturno Culto dari Darkthrone , yang mencoba membuat musik sejelek mungkin, musik Emperor lebih cenderung berevolusi kea rah struktur yang lebih kompleks , seperti Anthmes to the welkins, IX Equilibrium dan album terakhir mereka Prometheus …Kontroversia. Mayhem dan Burzum

Pada 1993, Live in Leipzig diterbitkan dan dipersembahkan kepada Dead. Kemudian diikuti oleh bootleg Dawn of the Black Hearts. Karena band ini mulai diselidiki oleh polisi dan media massa , Necrobutcher hengkang dan tinggal tersisa dua anggota.

Tahun itu juga, proses rekaman untuk De Mysteriis Dom Sathanas dilanjutkan dengan Attila Csihar sebagai vokalis dan Count Grishnackh (Varg Qisling Larssøn Vikernes ) sebagai bassist. Varg memiliki nama lahir Kristian Vikernes, Ia memiliki nama panggung Count Grishnackh (merujuk kepada seorang tentara Orc dalam buku J.R.R. Tolkien The Lord of the Rings) ketika bermain untuk kelompok musik Mayhem

.

Karena penyelidikan polisi Euronymous terpaksa menutup toko rekamannya Helvete. Helvete adalah toko rekaman yang dimiliki oleh Euronymus, Helvete dalam bahasa Norwegia artinya neraka. Toko rekaman ini penting karena menjadi salah satu pusat terpenting dalam perkembangan musik black metal di Norwegia, di mana banyak musisi berkunjung dan menjalin hubungan. Selain itu di lantai bawah tanahnya Euronymous juga mendirikan sebuah perusahaan rekaman bernama Deathlike Silence Productions, menerbitkan banyak rekaman black metal legendaris. Pada saat itu ia berhutang sekitar 30.000 NOK pada Grishnackh, namun menolak untuk membayar.

Pada 10 Agustus 1993, Grishnackh pergi dari Bergen ke apartemen Euronymous di Oslo bersama Blackthorn (Snorre Westvold aka Snorre Ruch ) , dari band Thorns. Dalam perjalanan selama 7 jam itu, ia mampir ke rumah beberapa teman, menciptakan alibi dengan menyewa video atas nama mereka. Sampai di rumah Euronymous, Grishnackh menusuknya dengan pisau. Menurut otopsi Euronymous ditusuk 23 kali, 2 di kepala, 5 di leher, dan 16 di punggung. Walaupun demikian, Vikernes mengaku Euronymous jatuh di atas pecahan-pecahan kaca dari sebuah lampu yang jatuh ketika mereka berkelahi. Hal ini, menurutnya, menyebabkan luka-luka tusukan di tubuhnya.

Setelah kematian Aarseth, Mayhem merekam album De Mysteriis Dom Sathanas. Ibu Euronymous memohon kepada Hellhammer, drummer Mayhem, agar rekaman bass Count Grishnackh dihapus. Walaupun Hellhammer menyanggupi untuk merekam ulang bass, ia sebenarnya tidak mampu, sehingga album itu masih mengandung rekaman bass Grishnackh. Ada yang unik dalam rekaman Mayhem ini, walaupun De Mysteriis … ditulis dengan pemain gitar MASIH Euronymous ternyata pengisi gitar di album ini adalah Snorre Ruch aka Blackthorn, hal ini terungkap lewat pernyataan Hellhammer di boxset rilis ulang-nya album ini dan penjelasan mengenai dibalik pembuatan album De Mysteriis …

Grishnackh.memiliki proyek musik solo lain bernama Burzum yang dimulai pada tahun 1987.Asal mula dari hutang Euronymous adalah untuk dirilisnya album album Burzum lewat label Deathlike Silence Production, tapi Euronymous lebih menginvestasikan uang tersebut di dua tempat, di samping di label tadi , juga untuk tokonya Helvete.

Sekilas mengenai musik Burzum band ini memiliki lirik yang sangat dipengaruhi oleh literatur Tolkien, misalnya nama Count Grishnackh diambil dari salah satu orc dalam buku Lord of the Rings. "Burzum" berasal dari Black Speech Mordor dan artinya "kegelapan".Lama kelamaan musik Burzum berubah dari black metal menjadi ambient dan minimalis. Banyak orang menuduh Vikernes menganut paham Nazi, namun hal ini disangkalnya karena menurutnya ia "tidak menganut nasional-sosialisme". Walaupun demikian saat ini penjualan album Burzum dilarang di eBay karena alasan ideologi rasis dan fasisme


ikernes juga ditemukan bersalah dalam berbagai tuduhan: percobaan pembakaran gereja Storetveit di Bergen, pembakaran gereja Åsane di Bergen, gereja Skjold di Vindafjord, kapel Holmenkollen di Oslo, yang dibangun di atas tempat penyembahan pagan, dan menyebabkan kematian seorang pemadam kebakaran. Ia diberi hukuman maksimum di Norwegia, yaitu 21 tahun penjara. Ia juga dituduh membakar gereja Fantoft di dekat Bergen , tapi juri memutuskan ia tidak bersalah. Pada saat ditahan, polisi menemukan 100 kg bahan peledak di rumahnya. Vikernes berkata ia berencana meledakkan katedral Nidaros, gereja paling penting di Norwegia.

Ia saat ini ditahan di penjara Tromsø di Norwegia. Selama di penjara ia merekam dua album Dauði Baldrs dan Hliðskjálf.b. Black Metal Inner Circle

Black Metal Inner Circle adalah sebuah perkumpulan pergerakan Black Metal yang beranggotakan musisi black metal dari gelombang kedua asal Norwegia. Mereka sangat berpengaruh dalam perkembangan musik Black metal di awal tahun 1990. Kelompok ini sarat dengan kontroversi karena memiliki cita cita untuk membangkitkan kembali kebudayaan paganis dan kepercayaan nenek moyang mereka sebagai orang Viking dan menghidupkan perasaan kebencian kepada umat kristiani karena dianggap sebagai kepercayaan yang melunturkan kebudayaan asli milik nenek moyang mereka . Akibatnya mereka sering terlibat beberapa kejahatan , seperti pembunuhan dan pembakaran gereja. Black Metal Inner Cirlcle juga sering disebut sebagai Black Circle . Anggota utama dari kelompok ini adalah Øystein Aarseth (Euronymous) yang lebih cenderung sebagai seorang occultist ( praktek ilmu hitam ) dan Varg Vikerness sebagai seorang paganis

Kelompok ini menurut beberapa referensi didirikan oleh Øystein Aarseth (Euronymous) pada sekitar tahun 1990 di toko musik / distro miliknya yang bernama Helvete ( neraka dalam bahasa Norwegia ) , anggota init dari Black Circle ini adalah Per Yngve Ohlin (Dead), Varg Vikernes dari Burzum, juga, Satyr dari Satyricon juga Bård Faust Eithun, Samoth dan Ihsahn dari Emperor

Beberapa kejahatan dan tuduhan criminal dijutukan pada kelompok ini oleh pihak keamana Norwegia, karena berbagai aktifitas nya yang mempengaruhi tidak kejahatan tidak hanya terjadi di Norwegia,melainkan juga di Negara lain di semenanjung Skandinavia sana , termasuk Swedia, Finlandia dan Denmark . Gosip yang beredar, bahwa ada generasi penerus dari Black Circle ini, namun tidak ada bukti yang menunjukan bukti nyata dari keberadaan mereka, hanya satu bukti kejahatan yang merujuk pada kegiatan ini, yaitu terbunuhnya remaja 15 tahun bernama Sandro Beyer oleh anggota band black metal Jerman, Absurd.c. Konflik Sosial

Konflik social antar scene Black metal pernah terjadi. Konflik yang terbesar adalah antara scene Black Metal Finlandia dan Norwegia yang dikenal dengan nama the "Dark War" sejak tahun 1992 – 1993. Konflik ini diawali, ketika Nuclear Holocaust dari Beherit dan Mika Luttinen dari Impaled Nazarene , memulainya dengan menghina Samoth dari Emperor . Hal ini menginspirasi Luttinen dengan melakukan ancaman pembunuhan terhadap Samoth. Hal ini juga ditenggarai oleh perbedaan yang mendasar antara scene Finlandia yang lebih mengarah pada Satanisme , sedangkan Norwegia lebih cenderung kepada Paganis .

Pada sampul album Impaled Nazarene Tol Cormpt Norz Norz Norz kita bisa milihat teks seperti "No orders from Norway accepted" and "Kuolema Norjan kusipäille!" ( atau diterjemahkan menjadi Death to Norwegian assholes!). Karena terms Black Metal lebih cenderung ditujukan pada band band asal Norwegia, Impaled Nazarene, lebih cenderung menyebut musik mereka sebagai "Satanic death metal" sebagai upaya ‘pembersihan diri’ dari unsure Black Metal.

Black Crucifixion asal Finalndia secara nyata pada album mereka menyebut Fenriz dan Darkthrone sebagai anak kecil dan pengecut. Nuclear Holocaust dan Beherit tidak benar benar berpartisipasi dalam konflik ini, walaupun kelompok Black Circle dari Norwegia sempat membuat band bernama Fuck Beherit yang telah merilis 2 demo yang bertujuan menghina band Beherit. Hal ini juga yang menyebabkan Beherit tidak melanjutkan karir dalam bermusik dan keluar dari scene Black Metal dunia.

Rivalitas utama terjadi ketika scene Death Metal Swedia awalnya dinyatakan ikut bertanggung jawab atas kematian Aarseth, karena diawali oleh banyaknya ancaman pembunuhan yang dibuat mengatasnamakan scene Death Metal Swedia pada Aarseth, namun dugaan ini pupus ketika Vikerness dinyatakan bersalah atas kematian Aarseth.Black Metal Modern

Gelombang kedua dari musisi Black Metal diawali oleh perkembangan aliran musik ini yang semakin berevolusi dengan berbagai karakter bermusik, diawali oleh Emeperor dengan In the nightside Eclipse, Cradle of filth dengan Principle of Evil … Marduk dengan Those of the Unlight , Behemoth dengan Grom dan berbagai macam musisi Black Metal yang mewarnai perkembangan musik ini ke berbagai penjuru dunia, tanpa menghilangkan ‘roots’ dari musik Black metal ini.

5 Black Metal album paling berpengaruh pada gelombang Black metal Modern:

1. Emperor - In The Nightside Eclipse 1994 [Candlelight Records]

Tak terbantahkan lagi, album ini yang sangat fenomenal, menancapkan sebuah tonggak bersejarah bagi perkembangan musik Black Metal modern, bisa dikatakan sebagai Reign in Blood nya Black Metal, album ini memberikan sebuah inspirasi bagi para musisi Black Metal, bahwa Black metal tidak hanya berupa konsep berpikir yang terkungkung dalam kerangka Mayhem atau Burzum, Black metal adalah sebuah aliran musik yang harus dieksplorasi lebih jauh baik dari segi komposisi lagu dan sound yang dihadirkan dalam sebuah album black metal. Aura magis dengan sound keyboard yang ambient memberikan warna tersendiri pada lagu lagu Emperor di album ini, simak saja track Into Infinity of thoughs dan Cosmic Keys to my Creations and Times.

2. Mayhem - De Mysteriis Dom Sathanas 1994 [Deathlike Silence] Saya menempatkan album Mayhem – De Mysteriiss di tempat ke dua, karena lewat album ini-lah sebenarnya konsep musik Mayhem secara legenda dibuat pertama kali dan DIAKHIRI ..!! Tanpa menafikkan bahwa Mayhem merupakan sebuah band legenda yang mengundang kontroversi . Album ini menancapkan garis musik Black Metal dengan tempo yang lebih cepat dengan variasi tempo dalam lagu yang cukup minimalis. Perkembangan dari terms yang dikembangkan Mayhem, kita bisa menyimak band band selanjutnya yang membawakan musik Black Metal dengan cepat dan tanpa kompromi, seperti Marduk, Dark Funeral , Unlord dan lainnya.

3. Dark Throne - Under A Funeral Moon 1993 [Peaceville]

Album Black metal yang amat tidak layak untuk didengar ..tapi album ini merupakan tonggak sejarah sebuah konsep musik Black Metal yang cukup raw dan unik. Under a Funeral Moon merupakan konsep musik Black Metal primitive dengan menampilkan sound seadanya dan nampaknya berhasil menjadikan Dark Throne sebagai band yang paling dibenci di planet ini, karena bila anda menyimak album ini , anda akan mendengarkan pesan pesan rasisme yang kuat dengan sound gitar dan drum yang kasar sekali , namun sekali lagi album ini cukup fenomenal. Album UlverThe madrigal of night / Natten Madrigal “ merupakan penerus dari album Under a Funeral moon ini yang konon kabarnya hanya direkam dengan menggunakan tape recorder dan direkam tidak distudio , tapi di alam terbuka di keheningan malam dan di tengah hutan Norwegia sana

4. Dimmu Borgir - Enthrone Darkness Triumphant 1997 [Nuclear Blast]

Sebuah masterpiece dari gelombang kedua musisi Black Metal, album Dimmu Borgir ini merupakan sebuah album yang bisa diberikan acungan 2 jempol yang bisa melanjutkan tradisi Emperor dengan proses evolusi dan perbaikan dari sisi komposisi lagu dan konsep bermusik yang tepat. Black Metal tidak harus memberikan sajian musik yang total dengan riff yang monoton, konsep drum yang tidak variatif, tapi bisa dihadirkan dengan komposisi musik yang jauh bisa diterima oleh berbagai kalangan, baik itu dari kalangan musisi Death metal, thrash metal atau dari genre lain. Penyebarangan konsep musik yang berani, dihadirkan oleh Dimmu borgir di album ini, tanpa meninggalkan tonggak Emperor lewat In the nightside … Dimmu Borgir telah melewati batas tersebut dan mengembangkan musik Black Metal ke arah yang lebih modern.

5. Cradle of Filth – Principle of Evil Made Flesh

Sajian horror ,erotica dan epic klasik merupakan konsep musik yang dicoba dihadirkan oleh band asal Suffolk Inggris ini. Dani DaVey / Dani Filth lewat album ini mencoba untuk menyajikan sesuatu yang baru, berbeda dengan konsep musik dari semenanjung Skandinavia sana . Konsep horror , pembunuhan berdarah yang kejam menjadi tema lagu lagu mereka. Komposisi musik Black Metal diramu dengan sound keyboard yang bernuansa horror , dibantu dengan riff2x gitar yang terinspirasi oleh Iron Maiden, menjadikan album ini merupakan tonggak tersendiri bagi perkembangan musik Black Metal di kemudian hari, dan menjadikan sub-genre tersendiri bagi musik Black Metal. Black Metal tidak hanya milik bangsa Norwegia, Swedia, Finlandia atau bangsa Skandinavia lainnya, tapi album ini memberikan acuan baru bagi musik Black Metal di kemudian hari.


Oleh AJIKINSIDE™ di 00:36 Link ke posting ini  
Label: Black Metal, Sejarah Musik Underground

Aug
30
2009


SEJARAH MUSIK ROCK INDONESIA
Saya mencoba menyelamatkan sebuah arsip menarik yang penting tentang runutan sejarah perkembangan musik Rock Di Tanah Air. Untuk referensi dan sumber yang saya dapatkan dari hasil Googling ternyata berada dalam arsip mail seseorang. Silakan nikmati, niscaya anda akan seperti saya, yang terkaget-kaget membacanya...!------------------>>>

AWAL MULA

Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarahnamanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah albumketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.

Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.

Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.

Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi `sekolah lama’, bangga menjadi band cover version! Di antara mereka semua, hanya Roxx yang beruntung bisa rekaman untuk single pertama mereka, “Rock Bergema”. Ini terjadi karena mereka adalah salah satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah Radio Bahama, Radio Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Mereka punya program bernama Rock N’ Rhythm yang mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan Majalah Vista.

Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan juga mantan vokalis Rotor.

Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).

Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura sukses “membakar” Jakarta dan Surabaya, band speed metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding bandseangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.

Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.

Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996 malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di Jakarta dengan judul `It’s A Proud To Vomit Him’. Album ini direkam secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).

Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens. Di ketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah profesional dengan cover penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet


Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dansebagainya.

29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama kalinya di Poster Café. Acara bernama “Underground Session” ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah, Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana.

10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama- lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue alternatif bagi masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB’s Bar yang super- sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut, Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.

Scene Punk/Hardcore/Brit/Indie Pop

Invasi musik grunge/alternative dan dirilisnya album Kiss This dari s** Pistols pada tahun 1992 ternyata cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band baru yang tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari komunitas Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover lagu-lagu s** Pistols lengkap dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya, sekitar tahun 1994, Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band yang mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa historik ini kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut bertitel `…Jang Doeloe’. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V, Parklife hingga Death Goes To The Disco.

Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai s** Pistols. Lukman (Waiting Room/The Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung, Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel `Finally’ baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti Ocean yang memainkan musik ala Jane’s Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak sempat merilis rekaman.

Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang bertitel `Living Comfort In Anarchy’ via label indie Movement Records. Komunitas-komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South s** (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.

Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical Death hingga Out Of Control.

Scene Bandung

Di Bandung sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi cikal bakal scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya dengan membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta berbagai aksesoris import lainnya. Selain distro, Richard juga sempat membentuk label independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang bertitel “Masaindahbangetsekalipisan.” Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.

Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel “Four Through The S.A.P” ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat. Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah (alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Tragisnya, di awal 1995 Marudut ditemukan tewas tak bernyawa di kediaman Krisna Sucker Head di Jakarta. Yang mengejutkan, kematiannya ini, menurut Krisna, diiringi lagu The End dari album Best of The Doors yang diputarnya pada tape di kamar Krisna. Sementara itu Puppen yang dibentuk pada tahun 1992 adalah salah satu pionir hardcore lokal yang hingga akhir hayatnya di tahun 2002 sempat merilis tiga album yaitu, Not A Pup E.P. (1995), MK II (1998) dan Puppen s/t (2000). Kemudian menyusul Pure Saturday dengan albumnya yang self-titled. Album ini kemudian dibantu promosinya oleh Majalah Hai. Kubik juga mengalami hal yang sama, dengan cara bonus kaset 3 lagu sebelum rilis albumnya.

Agak ke timur, masih di Bandung juga, kita akan menemukan sebuah komunitas yang menjadi episentrum underground metal di sana, komunitas Ujung Berung. Dulunya di daerah ini sempat berdiri Studio Palapa yang banyak berjasa membesarkan band-band underground cadas macam Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic Torment, Morbus Corpse, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill dan sebagainya. Di sinilah kemudian pada awal 1995 terbit fanzine musik pertama di Indonesia yang bernama Revograms Zine. Editornya Dinan, adalah vokalis band Sonic Torment yang memiliki single unik berjudul “Golok Berbicara”. Revograms Zine tercatat sempat tiga kali terbit dan kesemua materi isinya membahas band-band metal/hardcore lokal maupun internasional.

Kemudian taklama kemudian fanzine indie seperti Swirl, Tigabelas, Membakar Batas dan yang lainnya ikut meramaikan media indie. Ripple dan Trolley muncul sebagai majalah yang membahas kecenderungan subkultur Bandung dan jug lifestylenya. Trolley bangkrut tahun 2002, sementara Ripple berubah dari pocket magazine ke format majalah standar. Sementara fanzine yang umumnya fotokopian hingga kini masih terus eksis. Serunya di Bandung tak hanya musik ekstrim yang maju tapi juga scene indie popnya. Sejak Pure Saturday muncul, berbagai band indie pop atau alternatif, seperti Cherry Bombshell, Sieve, Nasi Putih hingga yang terkini seperti The Milo, Mocca, Homogenic. Begitu pula scene ska yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum trend ska besar. Band seperti Noin Bullet dan Agent Skins sudah lama mengusung genre musik ini.

Siapapun yang pernah menyaksikan konser rock underground di Bandung pasti takkan melupakan GOR Saparua yang terkenal hingga ke berbagai pelosok tanah air. Bagi band-band indie, venue ini laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar Bandung manapun kalau belum di `baptis’ di sini belum afdhal rasanya. Artefak subkultur bawah tanah Bandung paling legendaris ini adalah saksi bisu digelarnya beberapa rock show fenomenal seperti Hullabaloo, Bandung Berisik hingga Bandung Underground. Jumlah penonton setiap acara-acara di atas tergolong spektakuler, antara 5000 – 7000 penonton! Tiket masuknya saja sampai diperjualbelikan dengan harga fantastis segala oleh para calo. Mungkin ini merupakan rekor tersendiri yang belum terpecahkan hingga saat ini di Indonesia untuk ukuran rock show underground.

Sempat dijuluki sebagai barometer rock underground di Indonesia, Bandung memang merupakan kota yang menawarkan sejuta gagasan-gagasan cerdas bagi kemajuan scene nasional. Booming distro yang melanda seluruh Indonesia saat ini juga dipelopori oleh kota ini. Keberhasilan menjual album indie hingga puluhan ribu keping yang dialami band Mocca juga berawal dari kota ini. Bahkan Burger Kill, band hardcore Indonesia yang pertama kali teken kontrak dengan major label, Sony Music Indonesia, juga dibesarkan di kota ini. Belum lagi majalah Trolley (RIP) dan Ripple yang seakan menjadi reinkarnasi Aktuil di jaman sekarang, tetap loyal memberikan porsi terbesar liputannya bagi band-band indie lokal keren macam Koil, Kubik, Balcony, The Bahamas, Blind To See, Rocket Rockers, The Milo, Teenage Death Star, Komunal hingga The S.I.G.I.T. Coba cek webzine Bandung, Death Rock Star
untuk membuktikannya. Asli, kota yang satu ini memang nggak ada matinya!

Scene Jogjakarta

Kota pelajar adalah julukan formalnya, tapi siapa sangka kalau kota ini ternyata juga menjadi salah satu scene rock underground terkuat di Indonesia? Well, mari kita telusuri sedikit sejarahnya. Komunitas metal underground Jogjakarta salah satunya adalah Jogja Corpsegrinder. Komunitas ini sempat menerbitkan fanzine metal Human Waste, majalah Megaton dan menggelar acara metal legendaris di sana, Jogja Brebeg. Hingga kini acara tersebut sudah terselenggara sepuluh kali! Band-band metal underground lawas dari kota ini antara lain Death Vomit, Mortal Scream, Impurity, Brutal Corpse, Mystis, Ruction.

Untuk scene punk/hardcore/industrial-nya yang bangkit sekitar awal 1997 tersebutlah nama Sabotage, Something Wrong, Noise For Violence, Black Boots, DOM 65, Teknoshit hingga yang paling terkini, Endank Soekamti. Sedangkan untuk scene indie rock/pop, beberapa nama yang patut di highlight adalah Seek Six Sick, Bangkutaman, Strawberry’s Pop sampai The Monophones. Selain itu, band ska paling keren yang pernah terlahir di Indonesia, Shaggy Dog, juga berasal dari kota ini. Shaggy Dog yang kini dikontrak EMI belakangan malah sedang asyik menggelar tur konser keliling Eropa selama 3 bulan! Kota gudeg ini tercatat juga pernah menggelar Parkinsound, sebuah festival musik elektronik yang pertama di Indonesia. Parkinsound #3 yang diselenggarakan tanggal 6 Juli 2001 silam di antaranya menampilkan Garden Of The Blind, Mock Me Not, Teknoshit, Fucktory, Melancholic b***h hingga Mesin Jahat.

Scene Surabaya

Scene underground rock di Surabaya bermula dengan semakin tumbuh-berkembangnya band-band independen beraliran death metal/grindcore sekitar pertengahan tahun 1995. Sejarah terbentuknya berawal dari event Surabaya Expo (semacam Jakarta Fair di DKI - Red) dimana band- band underground metal seperti, Slowdeath, Torture, Dry, Venduzor, Bushido manggung di sebuah acara musik di event tersebut.

Setelah event itu masing-masing band tersebut kemudian sepakat untuk mendirikan sebuah organisasi yang bernama Independen. Base camp dari organisasi yang tujuan dibentuknya sebagai wadah pemersatu serta sarana sosialisasi informasi antar musisi/band underground metal ini waktu itu dipusatkan di daerah Ngagel Mulyo atau tepatnya di studio milik band Retri Beauty (band death metal dengan semua personelnya cewek, kini RIP - Red). Anggota dari organisasi yang merupakan cikal bakal terbentuknya scene underground metal di Surabaya ini memang sengaja dibatasi hanya sekitar 7-10 band saja.

Rencana pertama Independen waktu itu adalah menggelar konser underground rock di Taman Remaja, namun rencana ini ternyata gagal karena kesibukan melakukan konsolidasi di dalam scene. Setelah semakin jelas dan mulai berkembangnya scene underground metal di Surabaya pada akhir bulan Desember 1997 organisasi Independen resmi dibubarkan. Upaya ini dilakukan demi memperluas jaringan agar semakin tidak tersekat-sekat atau menjadi terkotak-kotak komunitasnya.

Pada masa-masa terakhir sebelum bubarnya organisasi Independen, divisi record label mereka tercatat sempat merilis beberapa buah album milik band-band death metal/grindcore Surabaya. Misalnya debut album milik Slowdeath yang bertitel “From Mindless Enthusiasm to Sordid Self-Destruction” (September 96), debut album Dry berjudul “Under The Veil of Religion” (97), Brutal Torture “Carnal Abuse”, Wafat “Cemetery of Celerage” hingga debut album milik Fear Inside yang bertitel “Mindestruction”. Tahun-tahun berikutnya barulah underground metal di Surabaya dibanjiri oleh rilisan-rilisan album milik Growl, Thandus, Holy Terror, Kendath hingga Pejah.

Sebagai ganti Independen kemudian dibentuklah Surabaya Underground Society (S.U.S) tepat di malam tahun baru 1997 di kampus Universitas 45, saat diselenggarakannya event AMUK I. Saat itu di Surabaya juga telah banyak bermunculan band-band baru dengan aliran musik black metal. Salah satu band death metal lama yaitu, Dry kemudian berpindah konsep musik seiring dengan derasnya pengaruh musik black metal di Surabaya kala itu.

Hanya bertahan kurang lebih beberapa bulan saja, S.U.S di tahun yang sama dilanda perpecahan di dalamnya. Band-band yang beraliran black metal kemudian berpisah untuk membentuk sebuah wadah baru bernama ARMY OF DARKNESS yang memiliki basis lokasi di daerah Karang Rejo. Berbeda dengan black metal, band-band death metal selanjutnya memutuskan tidak ikut membentuk organisasi baru. Selanjutnya di bulan September 1997 digelar event AMUK II di IKIP Surabaya. Event ini kemudian mencatat sejarah sendiri sebagai event paling sukses di Surabaya kala itu. 25 band death metal dan black metal tampil sejak pagi hingga sore hari dan ditonton oleh kurang lebih 800 – 1000 orang. Arwah, band black metal asal Bekasi juga turut tampil di even tersebut sebagai band undangan.

Scene ekstrem metal di Surabaya pada masa itu lebih banyak didominasi oleh band-band black metal dibandingkan band death metal/grindcore. Mereka juga lebih intens dalam menggelar event-event musik black metal karena banyaknya jumlah band black metal yang muncul. Tercatat kemudian event black metal yang sukses digelar di Surabaya seperti ARMY OF DARKNESS I dan II.

Tepat tanggal 1 Juni 1997 dibentuklah komunitas underground INFERNO 178 yang markasnya terletak di daerah Dharma Husada (Jl. Prof. DR. Moestopo,Red). Di tempat yang agak mirip dengan rumah-toko (Ruko) ini tercatat ada beberapa divisi usaha yaitu, distro, studio musik, indie label, fanzine, warnet dan event organizer untuk acara-acara underground di Surabaya. Event-event yang pernah di gelar oleh INFERNO 178 antara lain adalah, STOP THE MADNESS, TEGANGAN TINGGI I & II hingga BLUEKHUTUQ LIVE.

Band-band underground rock yang kini bernaung di bawah bendera INFERNO 178 antara lain, Slowdeath, The Sinners, Severe Carnage, System Sucks, Freecell, Bluekuthuq dan sebagainya. Fanzine metal asal komunitas INFERNO 178, Surabaya bernama POST MANGLED pertama kali terbit kala itu di event TEGANGAN TINGGI I di kampus Unair dengan tampilnya band-band punk rock dan metal. Acara ini tergolong kurang sukses karena pada waktu yang bersamaan juga digelar sebuah event black metal. Sayangnya, hal ini juga diikuti dengan mandegnya proses penggarapan POST MANGLED Zine yang tidak kunjung mengeluarkan edisinya yang terbaru hingga kini.

Maka, untuk mengantisipasi terjadinya stagnansi atau kesenjangan informasi di dalam scene, lahirlah kemudian GARIS KERAS Newsletter yang terbit pertama kali bulan Februari 1999. Newsletter dengan format fotokopian yang memiliki jumlah 4 halaman itu banyak mengulas berbagai aktivitas musik underground metal, punk hingga HC tak hanya di Surabaya saja tetapi lebih luas lagi. Respon positif pun menurut mereka lebih banyak datang justeru dari luar kota Surabaya itu sendiri. Entah mengapa, menurut mereka publik underground rock di Surabaya kurang apresiatif dan minim dukungannya terhadap publikasi independen macam fanzine atau newsletter tersebut. Hingga akhir hayatnya GARIS KERAS Newsletter telah menerbitkan edisinya hingga ke- 12.

Divisi indie label dari INFERNO 178 paling tidak hingga sekitar 10 rilisan album masih tetap menggunakan nama Independen sebagai nama label mereka. Baru memasuki tahun 2000 yang lalu label INFERNO 178 Productions resmi memproduksi album band punk tertua di Surabaya, The Sinners yang berjudul “Ajang Kebencian”. Selanjutnya label INFERNO 178 ini akan lebih berkonsentrasi untuk merilis produk- produk berkategori non-metal. Sedangkan untuk label khusus death metal/brutal death/grindcore dibentuklah kemudian Bloody Pigs Records oleh Samir (kini gitaris TENGKORAK) dengan album kedua Slowdeath yang bertitel “Propaganda” sebagai proyek pertamanya yang dibarengi pula dengan menggelar konser promo tunggal Slowdeath di Café Flower sekitar bulan September 2000 lalu yang dihadiri oleh 150- an penonton. Album ini sempat mencatat sold out walau masih dalam jumlah terbatas saja. Ludes 200 keping tanpa sisa.

Scene Malang

Kota berhawa dingin yang ditempuh sekitar tiga jam perjalanan dari Surabaya ini ternyata memiliki scene rock underground yang “panas” sejak awal dekade 90-an. Tersebutlah nama Total Suffer Community(T.S.C) yang menjadi motor penggerak bagi kebangkitan komunitas rock underground di Malang sejak awal 1995. Anggota komunitas ini terdiri dari berbagai macam musisi lintas-scene, namun dominasinya tetap saja anak-anak metal. Konser rock underground yang pertama kali digelar di kota Malang diorganisir pula oleh komunitas ini. Acara bertajuk Parade Musik Underground tersebut digelar di Gedung Sasana Asih YPAC pada tanggal 28 Juli 1996 dengan menampilkan band-band lokal Malang seperti Bangkai (grindcore), Ritual Orchestra (black metal),Sekarat (death metal), Knuckle Head (punk/hc), Grindpeace (industrialdeath metal), No Man’s Land (punk), The Babies (punk) dan juga band-band asal Surabaya, Slowdeath (grindcore) serta The Sinners (punk).

Beberapa band Malang lainnya yang patut di beri kredit antara lain Keramat, Perish, Genital Giblets, Santhet dan tentunya Rotten Corpse. Band yang terakhir disebut malah menjadi pelopor style brutal death metal di Indonesia. Album debut mereka yang bertitel “Maggot Sickness” saat itu menggemparkan scene metal di Jakarta, Bandung, Jogjakarta dan Bali karena komposisinya yang solid dan kualitas rekamannya yang top notch. Belakangan band ini pecah menjadi dua dan salah satu gitaris sekaligus pendirinya, Adyth, hijrah ke Bandung dan membentuk Disinfected. Di kota inilah lahir untuk kedua kalinya fanzine musik di Indonesia. Namanya Mindblast zine yangditerbitkan oleh dua orang scenester, Afril dan Samack pada akhir 1995. Afril sendiri merupakan eks-vokalis band Grindpeace yang kini eksis di band crust-grind gawat, Extreme Decay. Sementara indie label pionir yang hingga kini masih bertahan serta tetap produktif merilis album di Malang adalah Confused Records

Scene Bali

Berbicara scene underground di Bali kembali kita akan menemukan komunitas metal sebagai pelopornya. Penggerak awalnya adalah komunitas 1921 Bali Corpsegrinder di Denpasar. Ikut eksis di dalamnya antara lain, Dede Suhita, Putra Pande, Age Grindcorner dan Sabdo Moelyo. Dede adalah editor majalah metal Megaton yang terbit di Jogjakarta, Putra Pande adalah salah satu pionir webzine metal Indonesia Corpsegrinder (kini Anorexia Orgasm) sejak 1998, Age adalah pengusaha distro yang pertama di Bali dan Moel adalah gitaris/vokalis band death metal etnik, Eternal Madness yang aktif menggelar konser underground di sana. Nama 1921 sebenarnya diambil dari durasi siaran program musik metal mingguan di Radio Cassanova, Bali yang berlangsung dari pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.

Awal 1996 komunitas ini pecah dan masing-masing individunya jalan sendiri-sendiri. Moel bersama EM Enterprise pada tanggal 20 Oktober 1996 menggelar konser underground besar pertama di Bali bernama Total Uyut di GOR Ngurah Rai, Denpasar. Band-band Bali yang tampil diantaranya Eternal Madness, Superman Is Dead, Pokoke, Lithium, Triple Punk, Phobia, Asmodius hingga Death Chorus. Sementara band- band luar Balinya adalah Grausig, Betrayer (Jakarta), Jasad, Dajjal, Sacrilegious, Total Riot (Bandung) dan Death Vomit (Jogjakarta). Konser ini sukses menyedot sekitar 2000 orang penonton dan hingga sekarang menjadi festival rock underground tahunan di sana. Salah satu alumni Total Uyut yang sekarang sukses besar ke seantero nusantara adalah band punk asal Kuta, Superman Is Dead. Mereka malah menjadi band punk pertama di Indonesia yang dikontrak 6 album oleh Sony Music Indonesia. Band-band indie Bali masa kini yang stand out di antaranya adalah Navicula, Postmen, The Brews, Telephone, Blod Shot Eyes dan tentu saja Eternal Madness yang tengah bersiap merilis album ke tiga mereka dalam waktu dekat.

Memasuki era 2000-an scene indie Bali semakin menggeliat. Kesuksesan S.I.D memberi inspirasi bagi band-band Bali lainnya untuk berusaha lebih keras lagi, toh S.I.D secara konkret sudah membuktikan kalau band `putera daerah’ pun sanggup menaklukan kejamnya industri musik ibukota. Untuk mendukung band-band Bali, drummer S.I.D, Jerinx dan beberapa kawannya kemudian membuka The Maximmum Rock N’ Roll Monarchy (The Max), sebuah pub musik yang berada di jalan Poppies, Kuta. Seringkali diadakan acara rock reguler di tempat ini.

Indie Indonesia Era 2000-an

Bagaimana pergerakan scene musik independen Indonesia era 2000-an? Kehadiran teknologi internet dan e-mail jelas memberikan kontribusi besar bagi perkembangan scene ini. Akses informasi dan komunikasi yang terbuka lebar membuat jaringan (networking) antar komunitas ini semakin luas di Indonesia. Band-band dan komunitas-komunitas baru banyak bermunculan dengan menawarkan style musik yang lebih beragam. Trend indie label berlomba-lomba merilis album band-band lokal juga menggembirakan, minimal ini adalah upaya pendokumentasian sejarah yang berguna puluhan tahun ke depan.

Yang menarik sekarang adalah dominasi penggunaan idiom `indie’ dan bukan underground untuk mendefinisikan sebuah scene musik non- mainstream lokal. Sempat terjadi polemik dan perdebatan klasikmengenai istilah `indie atau underground’ ini di tanah air. Sebagian orang memandang istilah `underground’ semakin bias karena kenyataannya kian hari semakin banyak band-band underground yang `sell-out’, entah itu dikontrak major label, mengubah style musik demi kepentingan bisnis atau laris manis menjual album hingga puluhan ribu keping. Sementara sebagian lagi lebih senang menggunakan idiom indie karena lebih `elastis’ dan misalnya, lebih friendly bagi band-band yang memang tidak memainkan style musik ekstrem. Walaupun terkesan lebih kompromis, istilah indie ini belakangan juga semakin sering digunakan oleh media massa nasional, jauh meninggalkan istilah ortodoks `underground’ itu tadi.

Ditengah serunya perdebatan indie/underground, major label atau indie label, ratusan band baru terlahir, puluhan indie label ramai- ramai merilis album, ribuan distro/clothing shop dibuka di seluruh Indonesia. Infrastruktur scene musik non-mainstream ini pun kian established dari hari ke hari. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan polarisasi indie-major label yang makin tidak substansial. Bermain musik sebebas mungkin sembari bersenang-senang lebih menjadi `panglima’ sekarang ini.

…And history is still in the making here…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar